KAMI TIDAK SEDEKAH NILAI, PAK.
Oleh : Supri HS.
Malang betul nasib guru.
Sudahlah diprank naik gaji.
Lalu dituduh korupsi.
Sekarang, dibilang gemar bersedekah nilai.
Nun kata orang, banyak guru-guru di Indonesia selalu mendongkrak nilai rapor muridnya. Dikasih nilai tak sesuai kemampuan asli. Yang harusnya dapat nilai rendah, tapi disulap menjadi tinggi. Yang nilainya tinggi, agak ditinggikan sedikit lagi.
Ada yang bilang itu nilai kasihan. Ada yang bilang juga demi menjaga martabat diri dan sekolah. Nilai murid harus tinggi, agar gurunya tampak berdedikasi. Nilai murid harus tinggi, agar sekolah tampak berprestasi. Sehingga nilai rapor itu hanya rekayasa belaka. Tidak menggambarkan capaian belajar murid yang sebenarnya. Sebuah tipuan jahat luar biasa. Dan dalam hal ini, para guru-lah yang dianggap biang keroknya.
Dari situlah munculnya sebuah pernyataan kesimpulan : Banyak Guru Sedekah Nilai.
Sebuah kesimpulan yang kemudian disepakati begitu saja oleh seluruh dunia.
Entah dari mana datanya.
Orang-orang lupa. ‘Sedekah’ itu biasanya diberikan dengan tulus ikhlas tanpa paksaan dari siapapun.
Sedangkan mendongkrak nilai yang dilakukan oleh guru tadi, dilakukan karena banyak faktor pendorong di belakangnya. Yang membuat guru tidak bisa memilih untuk tidak melakukannya. Jika ia tidak menurut, bisa-bisa karirnya jadi taruhan.
Apa saja faktornya?
Tidak akan pernah saya ungkap.
Yang pasti, semua guru tahu persis itu apa saja.
Percayalah, Pak. Kami tidak pernah sedekah nilai. Kami hanya ‘dipaksa’ oleh sistem, untuk mendongkrak nilai saja.