Sambutan


Jam
Kata Bijak

Jika Guru Menanam Maka Orang Tua Harus Menyiram

Oleh : Idris Idris 

Renungan untuk Kita, Para Orangtua "Jika Guru Menanam, Tapi Orangtua Tak Menyiram... Anak Akan Tumbuh Seperti Apa?" 

Pendidikan anak bukan hanya tentang bangku sekolah. Bukan hanya soal nilai rapor, hafalan pelajaran, atau banyaknya tugas. Pendidikan adalah kerja sama antara guru yang menanam dan orangtua yang menyiram. 

Di sekolah, guru menanam nilai: kedisiplinan, rasa hormat, tanggung jawab, dan semangat belajar. Tapi benih itu tak bisa tumbuh sendiri. Butuh air berupa keteladanan di rumah. Butuh sinar berupa perhatian dan bimbingan dari orangtua. Butuh tanah subur berupa lingkungan yang mendukung. 

Sayangnya, tak jarang benih itu dibiarkan kering. Guru sudah berusaha keras, tapi di rumah… tak ada penyiraman. Tak ada penguatan. Kadang justru yang terjadi sebaliknya: anak dibenarkan saat salah, dimaklumi saat lalai, atau dimanja berlebihan. 

Anak pun tumbuh bingung. Di sekolah dia diajarkan sopan, di rumah dilihatnya orang dewasa saling bentak. Di kelas dia belajar tanggung jawab, di rumah tak ada yang peduli apakah PR-nya dikerjakan. Akhirnya… tumbuhlah anak yang pintar, tapi tak tangguh. Tahu mana yang benar, tapi tak terbiasa memilihnya. Cerdas, tapi mudah goyah. Kritis, tapi kehilangan arah. 

Maka pertanyaannya: Jika yang menanam hanya guru, tapi yang menyiram tak ada… anak itu akan jadi apa? Anak bukan hanya milik sekolah. Bukan hanya tanggung jawab guru. Ia adalah cerminan rumahnya, bayangan dari didikan orangtuanya. 

Mari kita bersinergi. Guru dan orangtua berjalan beriringan. Agar benih kebaikan yang ditanam di sekolah, tumbuh subur di rumah, dan berbuah indah di masa depan. Karena tujuan kita bukan hanya mencetak anak yang pintar... Tapi juga anak yang berkarakter, berempati, dan siap menghadapi dunia.

Postingan terkait: